Ketika pembukaan al-Quds, saat itu khalifah Umar r.a menuju kesana untuk serah terima kunci Palestina dari penduduknya yang sukarela bergabung dengan khilafah Islam. Thariq bin Syihab menceritakan bahwa turut pula Abu Ubaidah bin Al Jarrah r.a. Saat melewati arungan sungai, ‘Umar r.a turun dari untanya dan kemudian melepas kedua sepatunya, meletakkan kedua sepatunya tersebut dipundaknya, memegang tali kekang untanya lalu menyebrangi sungai. Maka Abu ‘Ubaidah selaku panglima perang yang membuka al-Quds berkata: Wahai amiirul mukminin, engkau melakukan hal ini? Melepas kedua sepatumu, meletakkan kedua sepatumu dipundakmu, memegang tali kekang untamu lalu menyebrangi sungai? Sesungguhnya penduduk negeri (Palestina) berdiri (menunggu) menyambut engkau”.
Abu ‘Ubaidah merasa
bahwa penampilan khalifah ‘Umar yang lusuh adalah suatu kehinaan, atau minimal
tidak pantas kalau dilihat penduduk Palestina yang menyambutnya. Maka Khalifah ‘Umar menjawab: “Wahai Abu Ubaidah, seandainya bukan engkau yang melontarkan ungkapan
ini. Lalu ‘Umar menyambung:
إِنَّا كُنَّا أَذَلَّ قَوْمٍ فَأَعَزَّنَا اللهُ
بِالإِسْلاَمِ فَمَهْمَا نَطْلُبُ الْعِزَّةَ بِغَيْرِ مَا أَعَزَّنَا اللهُ بِهِ
أَذَلَّنَا اللهُ
“Sesungguhnya kita dulu adalah kaum yang hina, kemudian Allah
muliakan kita dengan Islam, bilamana kita mencari kemuliaan selain dengan yang
Allah telah muliakan kita, maka Allah pasti akan menghinakan kita.” (HR. Al Hakim dengan sanad shahih menurut Bukhory dan Muslim,
disepakati oleh Adz Dzahabi).
Allah pasti akan menghinakan kita kalau
kita mengejar kemuliaan dengan berpaling dari syari’ah Allah, mungkin Allah
akan memberikan kemuliaan semu kepada kita, namun kemuliaan semu tersebut akan
segera berakhir dengan penyesalan. Allah berfirman:
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا
عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا
أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan
kepada mereka, Kami-pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka;
sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada
mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka
terdiam berputus asa.” (QS. Al An’aam: 44)
Perjalanan waktu telah membuktikan
kebenaran apa yang dikatakan Allah. Amerika Serikat, negara penjajah pembantai
jutaan kaum muslimin, negara yang membolehkan homo seksual, saat ini
benar-benar tenggelam dalam krisis utang besar di atas 90% dari PDB[1],
kondisinya lebih parah daripada apa pun yang negara itu pernah alami sejak era The Great Depression (malaise, 1930). Departemen Pertanian AS
menyatakan bahwa sekitar 50 juta orang Amerika tidak mampu membayar makanan
yang cukup di tahun 2009. Menurut Kapten William Finley, kepala cabang lokal
dari Salvation Army, orang-orang yang dulunya kaya, yang telah kehilangan rumah
mereka, kini terpaksa tidur di mobil mahal mereka yang diparkir di sudut-sudut
kota [2].
Adalah sangat ajaib, kalu ada yang masih
saja mencari kemuliaan dengan menjilat musuh mereka, menyambut mereka bak tamu
agung yang akan menyelesaikan problem umat ini, padahal krisis yang menimpa
Amerika jauh lebih besar daripada yang menimpa kita, utang luar negeri Amerika
saja sudah 13 trilyun dolar AS[3],
(= Rp. 117.000 trilyun, dengan kurs 1 dolar = 9 ribu), hampir 60 kali lipat
utang Indonesia yang sekitar Rp. 2000 trilyun.
Sungguh sebagai pribadi maupun sebagai
bangsa, kemuliaan tidak akan diraih kalau justru dengan berpaling dari
aturan-aturan Allah SWT, bagaimana mungkin kita menghendaki kemuliaan kalau
justru kita menentang perintah Dzat Pemilik Kemuliaan? Bagaimana mungkin kita
menghendaki kemuliaan namun kita mencari kemuliaan tersebut dari orang-orang
yang dihinakan Allah akibat kemaksiyatan mereka? Justru kehinaan yang akan
diperoleh ketika umat ini mengikuti prilaku orang-orang kafir, baik prilaku
dalam kehidupan sosial, ekonomi maupun pemerintahannya. Allah berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ
جَمِيعًا إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ
يَرْفَعُهُ وَالَّذِينَ يَمْكُرُونَ السَّيِّئَاتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ
وَمَكْرُ أُولَئِكَ هُوَ يَبُورُ
“Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah
kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nya lah naik perkataan-perkataan yang baik dan
amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan,
bagi mereka azab yang keras, dan rencana jahat mereka akan hancur.” (QS. Faathir 100)
الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ
مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ
الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا
“(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi
teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka
mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan
kepunyaan Allah.” (QS. An Nisaa’: 139)
Semoga Allah memberikan kemuliaan kepada
kita karena Islam dan memuliakan Islam dengan kita.
Disampaikan Oleh: Muhammad Nasyiruddin (Staf IKADI Aceh Singkil)

0 komentar:
Posting Komentar