Imam Bukhory menceritakan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. memegang pundak Abdullah bin Umar r.a sambil berkata:
كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ
سَبِيلٍ
“Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang
pengembara.”
Ungkapan
pendek Rasulullah ini memberikan pelajaran yang luas dan mendalam. Sungguh,
manusia yang normal, hatinya tidak akan melekat bergantung kepada sesuatu di
negeri yang asing baginya, justru hatinya akan senantiasa terikat dengan negeri
asalnya. Sebagus apapun hidup terasing di negeri asing, pasti dia akan tetap
berpikir bagaimana kembali kenegeri asalnya, dan memperbaiki kehidupan di
negeri yang tidak asing baginya.
Begitu juga
seorang pengembara atau musafir, dia tidak akan membawa sesuatu yang justru
akan membuat dia payah dalam perjalanannya. Dia tidak akan membangun istana di
perjalanannya, yang kelak akan dia tinggalkan dan tidak akan kembali lagi. Oleh
sebab itulah maka Rasulullah meminta untuk memposisikan hidup didunia seperti
orang asing atau pengembara.
Bekal terbaik
dalam perjalanan dunia ini adalah taqwa, yakni menjalankan segala perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya. Allah berfirman:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ
يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik
bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al Baqarah :
197)
Alangkah
sangat disayangkan dan tidak masuk akal jika dalam pengembaraan di tempat yang
asing dan fana ini justru perbekalan terbaik dibuang, kemudian ditukar dengan
sesuatu dari negeri asing nan fana ini. Dengan alasan untuk memakmurkan negeri
fana ini, taqwa justru dibuang, aturan Allah disingkirkan, syari’ah-Nya di
pinggirkan untuk kemudian diganti dengan aturan-aturan yang mengatasnamakan
rakyat, yang pada faktanya hanya berpihak pada konglomerat dan semakin
menyengsarakan rakyat.
Sungguh ketika
taqwa, bekal terbaik ini, kita tukar dengan sesuatu di negeri asing yang fana
ini, maka penderitaanlah yang akan kita peroleh, bukan hanya di negeri tujuan yang
kekal, namun penderitaan ini juga terasa di negeri asing nan fana ini.
Seorang
musafir yang berakal tidak akan menghabiskan uangnya untuk membeli koper besar
yang penuh dengan barang-barang yang tidak diperlukan di negeri asalnya. Karena
koper besar itu justru akan membebani dirinya dan cenderung membuat dirinya
kelelahan dalam perjalanan, yang pada gilirannya akan membuat dirinya menderita
di perjalanan dengan membawa sesuatu yang tdk berguna di negeri asalnya.
Namun banyak yang
lupa bahwa dunia sejatinya adalah sebuah terminal persinggahan untuk menuju
terminal terakhir, yakni kehidupan akhiratyang kekal. Allah berfirman:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا . وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى
“Tetapi kamu orang-orang kafir memilih kehidupan dunia.
Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.”(QS al-A’la [87]:
16-17)
Semoga dengan
sisa umur kita di dunia ini, Allah menjadikan kita sebagai musafir cerdas yang
tidak tertipu dengan dunia dengan menjual bekal terbaik kita yakni taqwa.
Semoga Allah memberi kekuatan kepada kita untuk mengorbankan sebagian
kesenangan kesenangan dunia kita untuk kita jadikan bekal menuju tempat abadi
kelak, meluangkan waktu kita untuk mengkaji aturan-aturan Allah dan berupaya
seoptimal mungkin untuk mengamalkan, menyebarkan dan memperjuangkannya. Hanya
dengan itulah bekal taqwa akan kita peroleh. Bekal yang akan memudahkan
kehidupan diperjalanan dunia, bahkan ketika sampai ke tempat tujuan. Allah
berfirman:
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari
langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami
siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’raf: 96)
Disampaikan Oleh: Muhammad Nasyiruddin (Staf IKADI Aceh Singkil)

0 komentar:
Posting Komentar