WAKTU, KERUGIAN & AMAL
SHALIH
Marilah kita
tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah kapan dan dimanapun kita berada, dengan
menggunakan waktu yang diberikan Allah SWT untuk mentaati-Nya. Karena kalau
kita gunakan waktu kita untuk selain keta’atan, maka kita termasuk orang-orang
yang merugi. Allah SWT berfirman:
وَالْعَصْرِ - إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ - إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, nasihat-menasihati
supaya menaati kebenaran, dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS al-'Ashr
[103]: 1-3)
Imam
Fakhruddîn Ar Râzi (w.606H), dalam tafsirnya, Mafâtîhul Ghaib[1] memberikan penjelasan menarik tentang
hubungan masa/waktu dengan kerugian, beliau menyatakan:
لِأَنَّ الْخُسْرَ هُوَ تَضْيِيعُ رَأْسِ الْمَالِ، وَرَأْسُ
مَالِهِ هُوَ عُمُرُهُ، وَهُوَ قَلَّمَا يَنْفَكُّ عَنْ تَضْيِيعِ عُمُرِهِ
Karena sesungguhnya kerugian itu adalah hilangnya modal, dan
modalnya manusia adalah umurnya, dan modal tersebut terus berkurang seiring
dengan hilangnya umurnya.
Disisi lain, modal yang berupa waktu
kehidupan yang dimiliki manusia, sangat pendek, terbatas dan tidak kekal.
Ketika Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di
bumi?",
قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ
- قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari[2], maka tanyakanlah kepada
orang-orang yang menghitung. Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal
(di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sungguh mengetahui." (QS.
Al Mu'minûn: 113-114)
Seandainya modalnya kekal, misalnya
bermodal 100 juta, dia hamburkan 50 juta, tetap saja modalnya 100 juta, dia
keluarkan 100 juta lagi, tetap dia miliki 100 juta, tentunya tidak terlalu
bermasalah kalau sembarangan menghambur modal.
Namun jika modalnya sedikit dan tidak kekal
maka merupakan kerugian kalau dihambur-hamburkan tanpa menghasilkan sesuatu. Begitu
juga akan rugi jika modal tersebut hanya menghasilkan sesuatu yang fana pula,
yakni kehidupan dunia ini, karena nanti akan lenyap bersama lenyapnya usia.
قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ
اتَّقَى
Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu
lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. An Nisaa': 77)
Sungguh keberuntungan hanya diperoleh kalau
seseorang mendapatkan ganti yang jauh lebih besar dari modalnya yang telah
hilang, ganti ini hanya akan diperoleh dengan melakukan ‘amal shaleh.
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ
جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“Barang
siapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya;
dan barang siapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi
pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun
tidak dianiaya (dirugikan).” (QS Al An’am[6] : 160).
Demikian juga pahala berinfak di
jalan Allah Swt. Kepada pelakunya, dijanjikan akan mendapatkan balasan tujuh
ratus kali lipat dari harta yang diinfakkan itu (QS al-Baqarah [2]: 261).
Diantara amal shaleh yang menjanjikan
keuntungan lebih besar, dan masih mengalir walaupun modal usia telah habis,
adalah dengan saling berwasiat untuk menaati kebenaran, dan menepati
kesabaran. Dia bukan hanya mendapatkan balasan berlipat, namun juga
mendapatkan balasan sebagaimana balasan orang yang mengerjakannya. Rasulullah
saw bersabda:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
“Barang siapa yang menunjukkan kepada
kebaikan, maka ia mendapatkan pahala sama dengan yang mengerjakan.” (HR Muslim).
Mungkin usianya pendek, namun dengan
mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, seolah dia hidup lebih
lama dari umur yang sebenarnya. Sebab, kematian --yang lazimnya menghalangi
seseorang untuk beramal dan mendapatkan pahala dari amal tersebut--, masih
memberikan peluang baginya untuk memperoleh pahala.
Sungguh modal usia yang kita miliki sangat
sedikit, mau kita gunakan untuk kebaikan atau kejahatan, maupun tidak dipakai
sekalipun, modal itu pasti akan habis.
Bila kita bertekad menginvestasikan waktu
hidup kita untuk kebaikan, sesungguhnya resiko penderitaan yang mungkin
kita alami sangat sebentar, yakni hanya di dunia ini, sedangkan keberuntungan
di akhirat sungguh tiada batasnya.
Sebaliknya bila modal usia ini kita gunakan
untuk maksiyat, maka kemungkinan kenikmatan yang diperoleh sangat
sedikit, yakni hanya kenikmatan di dunia yang fana ini, sementara siksa yang
bakal diterima di akhirat sangat berat.
Begitu pula jika modal usia ini lebih
banyak kita gunakan untuk bermain-main, atau mengejar kenikmatan dunia,
walaupun halal sekalipun, maka sungguh kerugian juga yang akan dijumpai, karena
modalnya habis, begitu juga kenikmatan yang diperoleh juga akan habis.
Semoga kita dimudahkan Allah untuk mengisi
hari-hari kita dengan ketaatan yang dilandasi keimanan, karena tanpa landasan iman,
semua kebaikan akan sia-sia.
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ
الظَّمْآَنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ
وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ
“Dan orang-orang yang
kafir, amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang
disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi didatanginya air itu dia
tidak mendapatinya apa pun.” (QS al-Nur [24]: 39).

0 komentar:
Posting Komentar