Oleh Rahmat Fadhil
Khatib, Penceramah,
Motivator dan Trainer. E-mail : rahmat.fadhil@unsyiah.net
Kembali Ramadhan
menghampiri kita, seperti tahun-tahun sebelumnya selalu saja peristiwa ini akan
berlaku sepanjang zaman hingga bumi menemui ajalnya. Karena Ramadhan adalah
sesuatu yang berbeda diantara bulan-bulan lainnya, sudah barang tentu sejumlah
amal ibadah terbaik telah kita persiapkan untuk kita persembahkan kepada Allah
swt, yang pada akhirnya tentu tidak lain kita harapkan selain pahala yang
berlipat ganda.
Walaupun Ramadhan
bagi sebahagian kita telah berulang-ulang melaksanakannya, tetapi tidak sedikit
masyarakat kita tanpa sadar melakukan berbagai aktifitas yang kadang-kadang
bertolak belakang atau bahkan jauh berbeda dengan tujuan yang ingin dicapai
dari bulan Ramadhan itu sendiri (mencapai derajat taqwa). Perilaku yang
bertentangan dengan nilai-nilai dan esensi dari bulan Ramadhan itu sendiri, secara
sadar ataupun tidak telah mewarnai sepanjang hidup dan kehidupan umat Islam
dari waktu ke waktu. Dari serentetan perilaku itu setidaknya akan menciderai
makna dari amal ibadah puasa yang sedang dijalani.
Perilaku Pertentangan (Aneh)
Beberapa perilaku
yang saling bertentangan dengan target capaian ibadah puasa yang bertujuan
untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah swt itu dapat kita amati dalam
beberapa hal.
Pertama, Berpuasa tetapi tidak shalat. Masih saja kita menemukan bahwa ada
orang-orang yang berpuasa tetapi tidak shalat. Memang tidak ada data pasti
berapa jumlahnya, tetapi ini dapat kita ketahui dari berbagai kejadian-kejadian
yang sering kita saksikan sendiri di lingkungan kita. Sebagai survei sederhana
saja, Lembaga Survei Indonesia (LSI) dalam laporan surveinya tentang Tata
Nilai, Impian dan Cita-cita Pemuda Muslim di Asia Tenggara (Indonesia dan
Malaysia) bertanggal 14 Juni 2011 yang dilaporkan
dalam websitenya (www.lsi.or.id) bahwa
sebanyak 39.7 % pemuda muslim kadang-kadang melaksanakan shalat, 30.2 % sering,
28.7 % selalu, dan 1.2 % tidak pernah.
Dari data ini paling tidak kita memahami kalau digabungkan data yang
menyatakan kadang-kadang, sering dan yang tidak pernah, maka kita mendapati
angka bahwa 71.1 % pernah tidak shalat atau meninggalkan shalat. Sebuah angka
yang cukup memprihatinkan. Padahal shalat dan puasa, kedua-duanya adalah rukun
Islam yang wajib di amalkan.
Kedua, Berpuasa tetapi
tidak menutup aurat. Kita juga menemukan dibanyak tempat, ada orang-orang
berpuasa tetapi tidak menutup aurat. Padahal sudah jelas bagi kita aurat
seorang perempuan dan aurat laki-laki. Membuka aurat untuk dipertontonkan
dihadapan orang-orang, sama halnya dengan melakukan kemaksiatan. Jadi apa
artinya berpuasa yang tujuannya untuk menambah pahala dan meningkatkan derajat
taqwa, sementara kemaksiataan dengan membuka aurat tetap dilakukan. Ini memang
aneh tapi nyata, satu sisi ingin beribadah, disisi yang lain melakukan pengerusakan
terhadap amal ibadah yang dilakukan.
Ketiga, Berpuasa tetapi tidak menjaga lisan. Sama halnya dengan lisan, ada orang-orang
yang berpuasa tetapi masih saja mengeluarkan lisan yang berdusta, ghibah, adu
domba, marah-marah, menghasut, fitnah, mencela dan ucapan-ucapan nista lainnya.
Padahal guru kita Rasulullah saw mengingatkan,”Jauhkanlah dirimu dari perbuatan dusta, karena dusta itu akan membawa
kepada kedurhakaan dan kedurhakaan itu akan membawa orang ke neraka. Dan
seseorang ada yang senantiasa suka berbuat dusta sehingga dicatat di sisi Allah
sebagai pembohong” (HR Muttafaq ’alaih). Dalam riwayat lainnya Sang Nabi
saw berpesan,”Ghibah adalah engkau
menyebut-nyebut saudaramu mengenai sesuatu yang ada padanya yang ia tidak
suka”. Beliau ditanya,”Bagaimanakah pendapat engkau jika yang saya sebut itu
ada pada saudara saya?”. Jawab beliau,”Jika apa yang engkau sebutkan itu ada
pada saudaramu berarti engkau telah mengumpatnya, dan jika apa yang engkau
katakan itu tidak ada padanya berarti engkau telah mengadakan dusta
terhadapnya” (HR Muslim).
Keempat, Berpuasa tetapi menyakiti dan mendzalimi orang lain. Jabir ra berkata,”Jika engkau berpuasa maka hendaklah
berpuasa pendengaranmu, penglihatanmu, dan lisanmu dari perkataan dusta dan
segala yang haram. Janganlah engkau menyakiti tetangga, hendaklah engkau
bersikap tenang, dan sakinah, serta janganlah engkau jadikan hari-hari puasamu
sama dengan hari-hari ketika engkau tidak berpuasa”. Menyakiti atau
mendzalimi tetangga, pembantu di rumah kita, bawahan ditempat kerja, staf di
kantor, dan bahkan hewan peliharaan sekalipun ini adalah sejumlah bentuk-bentuk
melukai nilai-nilai ibadah Ramadhan di bulan suci. Semestinya amal shalih kita
tingkatkan, amal salah kita jauhkan dari daftar aktifitas harian kita.
Kelima, Berpuasa tetapi mengisi kegiatan dengan menghabiskan waktu secara sia-sia.
Tidak sedikit juga orang-orang yang menghabiskan waktu puasanya dengan
pekerjaan yang sia-sia dan tidak berguna. Main kartu, domino, menonton televisi
sepanjang waktu, jalan-jalan tanpa maksud, main play station (PS), duduk-duduk di
pusat-pusat perbelanjaan, atau aktifitas lain yang tidak jelas tujuannya.
Padahal bulan Ramadhan adalah kesempatan untuk menambah bekal kebaikan, selain
bonusnya berlipat ganda, juga suasana ibadah terbentuk dimana-mana. Sungguh sayang
rasanya memasuki bulan Ramadhan tetapi pekerjaan tidak bermanfaat lebih dominan
mewarnai kehidupan kita dibandingkan aktifitas ibadah yang sepatutnya menjadi
rutinitas keseharian selama bulan mulia ini.
Keenam, Berpuasa tetapi korupsi (mencuri). Apakah selama bulan lain selain bulan
Ramadhan boleh korupsi?. Tentu saja tidak, baik di bulan Ramadhan ataupun bukan
Ramadhan, tetap saja korupsi (mencuri uang rakyat) adalah pekerjaan dosa. Namun
alangkah anehnya, saat memasuki bulan Ramadhan ternyata korupsi tetap saja
dengan mudah dilakukan. Puasa jalan terus, korupsi juga tidak berhenti.
Ketujuh, Memasuki bulan puasa tetapi ada orang yang tidak puasa. Ini yang paling
parah dan berbahaya. Ada orang sudah berjumpa dengan bulan puasa, berada dalam
suasana ibadah Ramadhan, tetapi tetap saja tidak berpuasa. Sungguh menyedihkan.
Agaknya, kita semua
patut merenungi lagi esensi dan makna ibadah Ramadhan itu sendiri. Semoga
Ramadhan tahun ini lebih berarti dalam hidup kita, dan boleh jadi mungkin
Ramadhan tahun ini adalah yang terakhir
buat kita.
0 komentar:
Posting Komentar